Close Menu
    Hot News

    India dan ASEAN Perkuat Konektivitas Maritim Melalui Dialog Kapal Pesiar Perdana di Chennai

    Rabu, 2 Juli 2025

    Sediakan Customer Service 24 Jam Tanpa Agent, Memang Bisa?

    Selasa, 1 Juli 2025

    KAI Daop 1 Jakarta Ajak Pelanggan Wujudkan Budaya Tertib dan Aman Naik Kereta Api

    Selasa, 1 Juli 2025
    Facebook
    Bebegig NewsBebegig News
    Facebook
    • Hot News
    • Artis-Seleb
    • Film-TV-Music
    • Bisnis-Finance
    • Lifestyle
    • Techno-Gaming
    Bebegig NewsBebegig News
    Home»Techno-Gaming»Techno»Dharma Ditertawakan Usai Bilang AI Mata-mata, Dosen Harvard Ini Justru ‘Sependapat’
    Techno

    Dharma Ditertawakan Usai Bilang AI Mata-mata, Dosen Harvard Ini Justru ‘Sependapat’

    Rabu, 9 Oktober 2024
    Dharma Ditertawakan Usai Bilang AI Mata-mata, Dosen Harvard Ini Justru ‘Sependapat’

    Techno – Calon Gubernur Jakarta Dharma Pongrekun sempat ditertawakan serta dicibir usai mengungkap berbagai teori konspirasi, termasuk AI adalah mata-mata. Meski banyak yang menganggap remeh, potensi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk menjadi mata-mata pernah diungkap oleh salah satu dosen di Harvard’s Kennedy School.

    Dosen Harvard tersebut ‘seolah sependapat’ mengingat ia sudah mengemukakan teori yang mirip sebelumnya. Acara debat Pilgub Jakarta 2024 di Jakarta International Expo (JIExpo), Jakarta Pusat, Minggu (6/10/2024) mempunyai warna tersendiri usai Dharma mengungkap berbagai teori konspirasi.

    Pantauan melalui Trends24.in, ‘Dharma’ bahkan sempat trending di X selama dua hari berturut-turut. Raut wajah hingga kegemaran melontarkan teori unik membuat netizen menilai bahwa Dharma Pongrekun mirip Rangga Sasana, petinggi Sunda Empire.

    Saat berada di acara debat, Dharma menilai bahwa Indonesia harus mandiri internet. “Jadikan Indonesia mandiri internet. Selama internetnya tidak mandiri, maka selama itu bocor semua. 1.000 kali kita mengganti password, apapun yang kita lakukan bocor. Jadi tidak ada satupun ruang cyber ini yang aman,” kata Dharma.

    Bahkan ketika membahas AI atau kecerdasan buatan, Dharma menilai bahwa itu adalah mata-mata. “Artificial Inteleijen artinya apa? Alat intelijen. Alat yang memata-matai tanpa kita sadari, dosa kita ada semua di gadget. Makanya kalau ada kasus diambil gadgetnya, stresnya setengah mati,” ungkap Dharma.

    Ilustrasi kecerdasan buatan (Artifial Intelligence/AI].
    Ilustrasi kecerdasan buatan (Artifial Intelligence/AI].

    Tak hanya itu, mantan Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara ini juga menilai bahwa pandemi merupakan agenda terselubung dari asing.

    Cuplikan video mengenai teori konspirasi dari Dharma langsung viral di X. Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi juga memberikan sindiran untuk Dharma.

    “Kata Dharma, AI itu Artificial Intelligence. Dari kata ‘intelijen’ alias ‘mata-mata’. Jadi AI itu alat mata-mata buatan, untuk mengawasi kita. Problem Jakarta yang kompleks dihadapi dengan teori konspirasi,” tulis Ismail Fahmi.

    Dosen Harvard Ungkap Potensi AI Jadi Mata-mata

    Peneliti keamanan terkenal, Bruce Schneier, mengungkap bahwa AI dapat memicu ‘era mata-mata massal’. Bruce Schneier bukan orang sembarangan.

    Ia merupakan dosen tamu di Harvard’s Kennedy School – Harvard University, teknolog, kriptogafer, pegiat keamanan komputer, anggota dewan EFF, dan Kepala Arsitektur Keamanan di Inrupt, Inc. Schneier terdaftar di laman resmi Harvard University dan sering dijuluki “Security Guru”.

    Bruce Schneier telah menulis banyak buku tentang keamanan komputer dan kriptografi. Dikutip dari Arstechnica, teknolog ini pernah berpendapat bahwa model AI dapat memungkinkan era baru mata-mata massal melalui artikel yang diunggah tahun lalu.

    Profil Bruce Schneier, salah satu dosen di Harvard. (hks.harvard.edu)
    Profil Bruce Schneier, salah satu dosen di Harvard. (hks.harvard.edu)

    Kecerdasan buatan memungkinkan perusahaan dan pemerintah untuk mengotomatiskan proses analisis serta peringkasan data percakapan dalam jumlah besar. Itu pada dasarnya menurunkan hambatan terhadap aktivitas mata-mata yang saat ini memerlukan tenaga manusia.

    Schneier mengatakan, metode mata-mata saat ini seperti penyadapan telepon atau pengawasan fisik, membutuhkan banyak tenaga kerja. Tetapi munculnya AI mengurangi kendala tersebut secara signifikan.

    “Sistem AI generatif semakin mahir dalam meringkas percakapan yang panjang dan memilah-milah kumpulan data besar. Pengintaian ini tidak terbatas pada percakapan di ponsel atau komputer kita. Sama seperti kamera di mana-mana yang memicu pengawasan massal, mikrofon di mana-mana akan memicu pengintaian massal. Siri, Alexa, dan ‘Hai, Google’ sudah selalu mendengarkan,” tulis Bruce Schneier.

    Dosen di Harvard’s Kennedy School itu menekankan bahwa AI harus dipayungi regulasi pemerintah yang ketat agar tidak berpotensi menjadi mata-masa massal.

    Berita Terkait

    Techno

    Kolaborasi Indosat – Mastercard Kembangkan Solusi Pembayaran dari Dalam Kendaraan

    Rabu, 23 Oktober 2024
    Techno

    Persyaratan Lowongan Kerja di BI Disorot, Netizen: Melebihi Syarat Jadi Wapres

    Rabu, 23 Oktober 2024
    Techno

    iPhone 14 vs iPhone 13 Mana yang Lebih Charge It di Oktober 2024?

    Selasa, 22 Oktober 2024
    Techno

    Dituding Pelit Padahal Nafkahi Keluarga Paula Verhoeven, Penghasilan YouTube Baim Wong Capai Ratusan Juta Per Bulan!

    Sabtu, 12 Oktober 2024
    Techno

    Modal WiFi, Begini Cara Pakai Deteksi Kamera Tersembunyi di HyperOS 2.0

    Sabtu, 12 Oktober 2024
    Techno

    Disebut Pengangguran Banyak Acara, Harga Jam Tangan Anies Baswedan Jadi Sorotan Netizen

    Sabtu, 12 Oktober 2024
    Trending
    Bisnis-Finance

    AnyMind Group meluncurkan laporan penting yang mengungkap perjalanan konsumen digital yang terus berkembang di Asia Tenggara

    Senin, 23 Juni 2025

    KAI Daop 8 Surabaya Klarifikasi Kejadian Viral di Perkeretaapian Makassar

    Sabtu, 28 Juni 2025

    Surabaya Unggul, KAI Logistik Perkuat Kinerja di Jawa Timur lewat Kemitraan dan Layanan Inovatif

    Jumat, 27 Juni 2025

    Mengenal Penyebab Kulit Eksim: Dari Faktor Genetik hingga Lingkungan Modern

    Selasa, 24 Juni 2025

    KAI Logistik Yogyakarta : Penghubung Dinamis Antara Wisata, Pendidikan, dan Ekonomi Kreatif

    Selasa, 24 Juni 2025

    KAI Logistik Tanam 500 Mangrove: Dorong Logistik Berkelanjutan

    Senin, 23 Juni 2025

    Peran Customer Relationship Management dan Tugas Customer Service

    Senin, 23 Juni 2025
    Hot News
    Bisnis-Finance

    India dan ASEAN Perkuat Konektivitas Maritim Melalui Dialog Kapal Pesiar Perdana di Chennai

    Rabu, 2 Juli 2025
    Bisnis-Finance

    Sediakan Customer Service 24 Jam Tanpa Agent, Memang Bisa?

    Selasa, 1 Juli 2025
    Bisnis-Finance

    KAI Daop 1 Jakarta Ajak Pelanggan Wujudkan Budaya Tertib dan Aman Naik Kereta Api

    Selasa, 1 Juli 2025
    Bisnis-Finance

    KOLTIVA Tunjuk Joe Keen Poon sebagai Executive Chairman, Tandai Babak Baru Kepemimpinan Global dalam Rantai Pasok Berkelanjutan

    Selasa, 1 Juli 2025
    Bisnis-Finance

    XRP Tiba-Tiba Naik 3%, Apakah Dampak Ripple Cabut Banding terhadap SEC?

    Selasa, 1 Juli 2025
    Bisnis-Finance

    Apa Itu Castile Soap? Sabun Nabati yang Ramah Kulit dan Lingkungan

    Selasa, 1 Juli 2025
    Bisnis-Finance

    Sabun Mandi Alami Tanpa SLS, Kenapa Ini Pilihan yang Tepat untuk Kulitmu?

    Selasa, 1 Juli 2025
    Bebegig News
    • Tentang Kami
    • Kontak
    • Syarat & Ketentuan
    • Kebijakan Privasi
    • Disklaimer
    © 2025 BebegigNews.my.id.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.